Bertani organik berarti bertani dengan cara menghormati dan menjaga keselarasan alam. Bahan masukan dari luar (pupuk pabrik, pestisida, herbisida) diusahakan seminimal mungkin. Pertanian organik menekankan bahan-bahan yang digunakan berasal dari alam: pupuk, pestisida, fungisida dibuat dari bahan-bahan organik seperti dedaunan, dedak, kotoran hewan dan sebagainya. Karena terbuat dari bahan organik, maka pupuk, pestisida, fungisida alami lebih akrab dengan alam, mudah diurai oleh alam; tidak seperti pupuk kimia, pestisida, maupun fungisida kimia yang meninggalkan residu (ampas kimia) dan menjadi racun bagi makhluk hidup serta merusak kesuburan tanah. Berikut ini beberapa cara yang sudah sering dipraktikkan dan teruji di lapangan. Sebagian menggunakan bahan-bahan organik untuk pembuatan mikroorganisme alami, bokashi, pestisida alami dan fungisida alami.
Mikro Organisme Nabati
Proses pembuatan pupuk organik, umumnya dilakukan melalui fermentasi (peragian/penguraian). Untuk mempercepat fermentasi ini biasanya digunakan bakteri. Bakteri adalah tumbuhan tingkat rendah dan sangat kecil yang mampu mengurai bahan mentah menjadi pupuk organik atau bahan yang lebih bernilai, seperti: tempe, anggur dan tape. Dengan bantuan bakteri ini, proses pembuatan pupuk organik menjadi lebih cepat sehingga lebih menghemat waktu. Lama pembuatan pupuk kompos tanpa bakteri berkisar 2-3 bulan, sedangkan dengan bakteri dapat dipercepat menjadi 1-2 minggu. Bakteri yang digunakan biasanya adalah bakteri EM4 yang dapat dibeli di toko-toko atau koperasi Saprotan (sarana produksi pertanian).
Pembiakan Bakteri
Untuk menghemat biaya, bibit bakteri EM4 yang dibeli di toko atau koperasi Saprotan dapat dikembangbiakkan sendiri, sehingga kebutuhan pupuk organik untuk luas lahan yang ada dapat dipenuhi. Adapun prosedur pembiakan bakteri EM4 adalah sebagai berikut:
Bahan dan Komposisi:
· 1 liter bakteri
· 3 kg bekatul (minimal)
· ¼ kg gula merah/gula pasir/tetes tebu (pilih salah satu)
· ¼ kg terasi
· 5 liter air
Alat dan Sarana:
· Ember
· Pengaduk
· Panci pemasak air
· Botol penyimpan
· Saringan (dari kain atau kawat kasa)
Cara Pembiakan:
Panaskan 5 liter air sampai mendidih. Masukkan terasi, bekatul dan tetes tebu/gula (jika memakai gula merah harus dihancurkan dulu), lalu aduk hingga rata. Setelah campuran rata, dinginkan sampai betul-betul dingin! (karena kalau tidak betul-betul dingin, adonan justru dapat membunuh bakteri yang akan dibiakkan). Masukkan bakteri dan aduk sampai rata. Kemudian ditutup rapat selama 2 hari. Pada hari ketiga dan selanjutnya tutup jangan terlalu rapat dan diaduk setiap hari kurang lebih 10 menit. Setelah 3-4 hari bakteri sudah dapat diambil dengan disaring, kemudian disimpan dalam botol yang terbuka atau ditutup jangan terlalu rapat (agar bakteri tetap mendapatkan oksigend ari udara).
Selanjutnya, botol-botol bakteri tersebut siap digunakan untuk membuat kompos, pupuk cair maupun pupuk hijau dengan komposisi campuran seperti yang akan diuraikan dibawah ini.
Catatan: Ampas hasil saringan dapat untuk membiakkan lagi dengan menyiapkan air kurang lebih 1 liter dan menambahkan air matang dingin dan gula saja.
Pembuatan Kompos
Kompos: adalah pupuk organik yang terbuat dari kotoran hewan dan diproses dengan bantuan bakteri.
Bahan dan Komposisi:
· 100 kg arang sekam berambut
· 200 kg kotoran hewan
· 3-5 kg dedak atau bekatul
· 0,5 kg gula pasir atau gula merah yang dicairkan dengan air
· 0,5 liter bakteri
· Air secukupnya
Cara Pembuatan:
1. Arang sekam, kotoran hewan, dedak, dan gula dicampur sampai rata dalam wadah yang bersih dan teduh. Jangan terkena hujan dan sinar matahari secara langsung.
2. Campurkan bakteri ke dalam air kemudian siramkan campuran di atas sambil diaduk sampai rata. Tutup dengan plastik atau daun-daunan. Tiap dua hari sekali siram dengan air dan diaduk-aduk. Dalam 10 (sepuluh) hari kompos sudah jadi.
Pembuatan Pupuk Cair Organik
Bahan dan Alat:
· 1 liter bakteri
· 5 kg hijau-hijauan/daun-daun segar (bukan sisa dan jangan menggunakan daun dari pohon yang bergetah berbahaya seperti karet, pinus, damar, nimba, dan yang sulit lapuk seperti jato, bambu, dan lain-lainnya)
· 0,5 kg terasi dicairkan dengan air secukupnya
· 1 kg gula pasir/merah/tetes tebu (pilih salah satu) dan dicairkan dengan air
· 30 kg kotoran hewan
· Air secukupnya
· Ember/gentong/drum yang dapat ditutup rapat
Cara Pembuatan:
Kotoran hewan dan daun-daun hijau dimasukkan ke dalam ember. Cairan gula dan terasi dimasukkan ke dalam ember. Larutkan bakteri ke dalam air dan dimasukkan ke dalam drum, kemudian ditutup rapat. Setelah 8-10 hari, pembiakan bakteri sudah selesai dan drum sudah dapat dibuka.
Saring dan masukkan ke dalam wadah yang bersih (botol) untuk disimpan/digunakan. Ampas sisa saringan masih mengandung bakteri, sisakan sekitar 1 sampai 2 liter, tambahkan air, terasi, dan gula dengan perbandingan yang sama. Setelah 8-10 hari kemudian bakteri sudah berkembang biak lagi dan siap digunakan. Demikian seterusnya.
Kegunaan:
Mempercepat pengomposan dari 3-4 bulan menjadi 30-40 hari. Dapat digunakan langsung sebagai pupuk semprot, apabila tanah sudah diberi kompos (subur), tetapi apabila tanah kurang subur/tandus, penggunaan langsung sebagai pupuk tidak dianjurkan.
Pupuk cair (larutan bakteri) ini tidak diperbolehkan untuk dicampur dengan bakteri lain, terutama bahan kimia atau bahan untuk pestisida lainnya seperti tembakau.
Pupuk Hijau Organik
Pupuk Hijau: adalah pupuk organik yang terbuat dari sisa tanaman atau sampah yang diproses dengan bantuan bakteri.
Bahan dan Komposisi:
· 200 kg hijau daun atau sampah dapur
· 10 kg dedak halus.
· ¼ kg gula pasir/gula merah.
· ¼ liter bakteri.
· 200 liter air atau secukupnya.
Cara Pembuatan:
Hijau daun atau sampah dapur dicacah dan dibasahi.
Campurkan dedak halus atau bekatul dengan hijau daun. Cairkan gula pasir atau gula merah dengan air. Masukkan bakteri ke dalam air. Campurkan dengan cairan gula pasir atau gula merah. Aduk hingga rata. Cairan bakteri dan gula disiramkan pada campuran hijau daun/sampah+bekatul. Aduk sampai rata, kemudian digundukkan/ditumpuk hingga ketinggian 15-20 cm dan ditutup rapat. Dalam waktu 3-4 hari pupuk hijau sudah jadi dan siap digunakan.
Pestisida Organik
Pestisida adalah zat pengendali hama (seperti: ulat, wereng dan kepik). Pestisida Organik: adalah pengendali hama yang dibuat dengan memanfaatkan zat racun dari gadung dan tembakau. Karena bahan-bahan ini mudah didapat oleh petani, maka pestisida organik dapat dibuat sendiri oleh petani sehingga menekan biaya produksi dan akrab dengan lingkungan.
Bahan dan Alat:
· 2 kg gadung.
· 1 kg tembakau.
· 2 ons terasi.
· ¼ kg jaringao (dringo).
· 4 liter air.
· 1 sendok makan minyak kelapa.
· Parutan kelapa.
· Saringan kelapa (kain tipis).
· Ember plastik.
· Nampan plastik.
Cara Pembuatan:
Minyak kelapa dioleskan pada kulit tangan dan kaki (sebagai perisai dari getah gadung). Gadung dikupas kulitnya dan diparut. Tembakau digodok atau dapat juga direndam dengan 3 liter air panas. Jaringao ditumbuk kemudian direndam dengan ½ liter air panas. Tembakau, jaringao, dan terasi direndam sendiri-sendiri selama 24 jam. Kemudian dilakukan penyaringan satu per satu dan dijadikan satu wadah sehingga hasil perasan ramuan tersebut menjadi 5 liter larutan.
Dosis:
· 1 gelas larutan dicampur 5-10 liter air.
· 2 gelas larutan dicampur 10-14 liter air.
Kegunaan:
Kegunaan:
· Dapat menekan populasi serangan hama dan penyakit.
· Dapat menolak hama dan penyakit.
· Dapat mengundang makanan tambahan musuh alami.
Sasaran:
Sasaran:
Wereng batang coklat, Lembing batu, Ulat grayak, ulat hama putih palsu.
Catatan: Meskipun ramuan ini lebih akrab lingkungan, penggunaannya harus memperhatikan batas ambang populasi hama. Ramuan ini hanya digunakan setelah polulasi hama berada atau di atas ambang kendali. Penggunaan di bawah batas ambang dan berlebihan dikhawatirkan akan mematikan musuh alami hama yang bersangkutan. Prinsip dari pertanian oragnik adalah keseimbangan alam, lihat tabel dibawah.
Tabel: Beberapa Jenis Hama Padi, Musuh Alami dan Ambang Batas Kendali
Jenis Hama Padi | Musuh Alami | Batas Ambang Kendali |
Werengbatang coklat | Kepik, laba-laba | 1,5 wereng dewasa tiap rumpun |
Lembing batu | Belalang, laba-laba | 10 kepik tiap 20 rumpun |
Ulat grayak | Semut, tawon, laba-laba | 25% daun rusak sebelum umur 60 hari, selebihnya 15% daun rusak |
Ulat hama putih palsu | Laba-laba | 50 persen daun rusak sebelum umur 20 hari, selebihnya 15% |