Rabu, 28 Agustus 2013

Hama Penggerek Batang Dan Wereng Coklat


Penggerek Batang (Stem Borer)
Scirpophaga incertulas (Penggerek Batang Kuning)
S. innotata (Penggerek Batang Putih)
Chilo suppressalis (Penggerek Batang Bergaris)

Penggerek batang termasuk hama paling penting pada tanaman padi yang sering menimbulkan kerusakan berat dan kehilangan hasil yang tinggi. Di lapang, keberadaan hama ini ditandai oleh kehadiran ngengat (kupu-kupu), kematian tunas-tunas padi (sundep, dead heart), kematian malai (beluk, white head), dan ulat (larva) penggerek batang. Hama ini dapat merusak tanaman pada semua fase tumbuh, baik pada saat di pembibitan, fase anakan, maupun fase berbunga. Bila serangan terjadi pada pembibitan sampai fase anakan, hama ini disebut sundep dan jika terjadi pada saat berbunga, disebut beluk.
Sampai saat ini belum ada varietas yang tahan penggerek batang. Oleh karena itu gejala serangan hama ini perlu diwaspadai, terutama pada pertanaman musim hujan. Waktu tanam yang tepat, merupakan cara yang efektif untuk menghindari serangan penggerek batang. Hindari penanaman pada bulan-bulan Desember-Januari, karena suhu, kelembaban, dan curah hujan pada saat itu sangat cocok bagi perkembangan penggerek batang, sementara tanaman padi yang baru ditanam, sangat sensitif terhadap hama ini.
Tindakan pengendalian harus segera dilakukan, kalau > 10% rumpun memperlihatkan gejala sundep atau beluk. Insektisida yang efektif terhadap penggerek batang tersedia di kios-kios sarana pertanian, terutama yang berbahan aktif: karbofuran, bensultap, karbosulfan, dimenhipo, amitraz, dan fipronil. Sebelum menggunakan suatu produk pestisida, baca dan pahami informasi yang tertera pada label. Kecuali untuk kupu-kupu yang banyak beterbangan, jangan memakai pestisida semprot untuk sundep dan beluk.


 
B.  Wereng Coklat (Brown Planthopper-BPH)
Nilaparvata lugens (Stal)

Wereng coklat (WCk) menjadi salah satu hama utama tanaman padi di Indonesia sejak pertengahan tahun 1970-an. Ini merupakan konsekuensi dari penerapan sistem intensifikasi padi (varietas unggul, pemupukan N dosis tinggi, penerapan IP>200, dsb). Penggunaan pestisida yang melanggar kaidah-kaidah PHT (tepat jenis, tepat dosis, dan tepat waktu aplikasi) turut memicu ledakan wereng coklat. Tergantung pada tingkat kerusakan, serangan wereng coklat dapat meningkatkan kerugian hasil padi dari hanya beberapa kuintal gabah sampai puso.
Selain itu, WCk juga merupakan vektor penyakit virus kerdil rumput dan kerdil hampa. Dengan menghisap cairan dari dalam jaringan pengangkutan tanaman padi, WCk dapat menimbulkan kerusakan ringan sampai berat pada hampir semua fase tumbuh, sejak fase bibit, anakan, sampai fase masak susu (pengisian). Gejala WCk pada individu rumpun dapat terlihat dari daun-daun yang menguning, kemudian tanaman mengering dengan cepat (seperti terbakar). Gejala ini dikenal dengan istilah hopperburn. Dalam suatu hamparan, gejala hopperburn terlihat sebagai bentuk lingkaran, yang menunjukkan pola penyebaran WCk yang dimulai dari satu titik, kemudian meyebar ke segala arah dalam bentuk lingkaran. Dalam keadaan demikian, populasi WCk biasanya sudah sangat tinggi. WCk dapat dikendalikan dengan varietas tahan. Penanaman padi dengan jarak tanam yang tidak terlalu rapat, pergiliran varietas, dan insektisida juga efektif untuk mengendalikan hama ini.
Varietas tahan WCk, tergantung pada biotipe yang berkembang di suatu ekosistem . Daerah-daerah endemik WCk biotipe1, dapat menanam, antara lain, varietas Memberamo, Widas, dan Cimelati; untuk biotipe 2 dan 3, Memberamo, Cigeulis dan Ciapus. Berbagai insektisida yang efektif antara lain yang berbahan aktif amitraz, bupofresin, beauveria bassiana 6.20x1010 cfu/ml, BPMC, fipronil, amidakloprid, karbofuran, karbosulfan, metolkarb, MIPCI, propoksur, atau tiametoksan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar