Scirpophaga incertulas (Penggerek Batang Kuning)
S. innotata (Penggerek Batang Putih)
Chilo suppressalis (Penggerek Batang Bergaris)
Penggerek batang
termasuk hama paling penting pada tanaman padi yang sering menimbulkan
kerusakan berat dan kehilangan hasil yang tinggi. Di lapang, keberadaan hama
ini ditandai oleh kehadiran ngengat (kupu-kupu), kematian tunas-tunas padi
(sundep, dead heart), kematian malai (beluk, white head), dan ulat (larva)
penggerek batang. Hama ini dapat merusak tanaman pada semua fase tumbuh, baik
pada saat di pembibitan, fase anakan, maupun fase berbunga. Bila serangan terjadi
pada pembibitan sampai fase anakan, hama ini disebut sundep dan jika terjadi
pada saat berbunga, disebut beluk.
Sampai saat ini belum
ada varietas yang tahan penggerek batang. Oleh karena itu gejala serangan hama
ini perlu diwaspadai, terutama pada pertanaman musim hujan. Waktu tanam yang
tepat, merupakan cara yang efektif untuk menghindari serangan penggerek batang.
Hindari penanaman pada bulan-bulan Desember-Januari, karena suhu, kelembaban,
dan curah hujan pada saat itu sangat cocok bagi perkembangan penggerek batang, sementara
tanaman padi yang baru ditanam, sangat sensitif terhadap hama ini.
Tindakan pengendalian harus
segera dilakukan, kalau > 10% rumpun memperlihatkan gejala sundep atau
beluk. Insektisida yang efektif terhadap penggerek batang tersedia di kios-kios
sarana pertanian, terutama yang berbahan aktif: karbofuran, bensultap,
karbosulfan, dimenhipo, amitraz, dan fipronil. Sebelum menggunakan suatu produk
pestisida, baca dan pahami informasi yang tertera pada label. Kecuali untuk
kupu-kupu yang banyak beterbangan, jangan memakai pestisida semprot untuk
sundep dan beluk.
B. Wereng Coklat (Brown Planthopper-BPH)
Nilaparvata
lugens (Stal)
Wereng coklat (WCk)
menjadi salah satu hama utama tanaman padi di Indonesia sejak pertengahan tahun
1970-an. Ini merupakan konsekuensi dari penerapan sistem intensifikasi padi (varietas
unggul, pemupukan N dosis tinggi, penerapan IP>200, dsb). Penggunaan
pestisida yang melanggar kaidah-kaidah PHT (tepat jenis, tepat dosis, dan tepat
waktu aplikasi) turut memicu ledakan wereng coklat. Tergantung pada tingkat kerusakan,
serangan wereng coklat dapat meningkatkan kerugian hasil padi dari hanya beberapa
kuintal gabah sampai puso.
Selain itu, WCk juga
merupakan vektor penyakit virus kerdil rumput dan kerdil hampa. Dengan
menghisap cairan dari dalam jaringan pengangkutan tanaman padi, WCk dapat menimbulkan
kerusakan ringan sampai berat pada hampir semua fase tumbuh, sejak fase bibit, anakan,
sampai fase masak susu (pengisian). Gejala WCk pada individu rumpun dapat
terlihat dari daun-daun yang menguning, kemudian tanaman mengering dengan cepat
(seperti terbakar). Gejala ini dikenal dengan istilah hopperburn. Dalam suatu hamparan,
gejala hopperburn terlihat sebagai bentuk lingkaran, yang menunjukkan pola penyebaran
WCk yang dimulai dari satu titik, kemudian meyebar ke segala arah dalam bentuk lingkaran.
Dalam keadaan demikian, populasi WCk biasanya sudah sangat tinggi. WCk dapat
dikendalikan dengan varietas tahan. Penanaman padi dengan jarak tanam yang
tidak terlalu rapat, pergiliran varietas, dan insektisida juga efektif untuk
mengendalikan hama ini.
Varietas tahan WCk,
tergantung pada biotipe yang berkembang di suatu ekosistem . Daerah-daerah endemik
WCk biotipe1, dapat menanam, antara lain, varietas Memberamo, Widas, dan
Cimelati; untuk biotipe 2 dan 3, Memberamo, Cigeulis dan Ciapus. Berbagai
insektisida yang efektif antara lain yang berbahan aktif amitraz, bupofresin,
beauveria bassiana 6.20x1010 cfu/ml, BPMC, fipronil, amidakloprid, karbofuran,
karbosulfan, metolkarb, MIPCI, propoksur, atau tiametoksan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar