BUDIDAYA KAMBING PE
Terdapat
indikasi bahwa kebutuhan daging domba dan kambing semakin meningkat seiring
dengan peningkatan kebutuhan pangsa pasar. Namun demikian permintaan tersebut
kurang diimbangi dengan upaya peningkatan populasi sekaligus produktivitasnya.
Selain
sebagai penghasil daging, kambing juga bisa menghasilkan susu, seperti kambing
Peranakan Etawa (PE) yang mempunyai tipe Dwi Guna, yaitu penghasil daging dan
sekaligus penghasil susu (perah).
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kambing PE mampu menghasilkan susu sebanyak 0,4 –
2,2 liter per hari dengan panjang masa laktasi 92 – 256 hari. Tingkat produksi
ini sebenarnya masih bisa ditingkatkan dengan penerapan manajemen yang baik,
seperti dengan pemberian pakan tambahan dan pemilihan bibit yang berkualitas.
Terbukti di beberapa kelompok peternak kambing PE sudah mulai banyak berkembang
di Pulau Jawa yang lebih berkonsentrasi pada peningkatan produksi susu. Hal ini
disebabkan karena harga susunya jauh lebih tinggi dibandingkan harga susu
sapi.
PERENCANAAN
USAHA
Setiap usaha peternakan haruslah berorientasi pada keuntungan / laba agar
usaha tersebut bisa berkesinambungan dan tidak terhenti di tengah jalan. Karena
itu dibutuhkan perencanaan yang sangat matang dengan mempertimbangkan berbagai aspek.
Pada dasarnya ada empat kegiatan yang harus dilakukan oleh peternak dalam
membuat perencanaan usaha peternakan kambing PE ini, yaitu :
v
Persiapan
Kegiatan persiapan meliputi penentuan lokasi dan pengurusan perijinan
terutama jika skala usaha relatif besar. Lokasi memegang peranan penting,
karena seluruh kegiatan usaha peternakan dipusatkan disini. Kondisi iklim
seperti suhu lingkungan, curah hujan, arah angin dan kelembaban udara, yang
menunjang usaha peternakan kambing perah harus diperhatikan agar hasil yang
diperoleh optimal.
v Pelaksanaan
Kegiatan tahap pelaksanaan merupakan tahapan konstruksi, yaitu melakukan
pembangunan kandang, menyiapkan lahan untuk ditanami hijauan pakan ternak serta
mempersiapkan berbagai peralatan kandang Pembangunan kandang beserta
kelengkapan infrastrukturnya harus disesuaikan dengan jumlah kambing yang akan
dipelihara dengan tetap mempertimbangkan kemungkinan pengembangan usaha dengan
tujuan untuk efesiensi penggunaan modal. Sebelum usaha peternakan dimulai,
sebaiknya sudah dilakukan penanaman tanaman hijauan sehingga ketersediaan pakan
hijauan terjamin.
v Tahap
Produksi
Setelah tahapan konstruksi, tahap produksi sudah bisa dilakukan, yaitu
dengan melakukan pembelian kambing, pengelolaan tanaman hijauan, pengelolaan
produksi hinggga pasca panen dan penjualan produk.
v Evaluasi
Sebuah perencanaan usaha yang baik harus mencakup sebuah target yang akan
dicapai dari usaha tersebut. Tujuannya adalah untuk mempermudah peternak dalam
melakukan evaluasi, sampai sejauh mana target yang direncanakan sudah dicapai,
mencari berbagai penyebab jika target tidak tercapai, serta melakukan perbaikan
agar target tersebut bisa dicapai dan ditingkatkan. Target bisa dibuat dalam
jangka pendek (1 tahun), jangka menengah (2 – 5 tahun) dan jangka panjang (di
atas 5 tahun).
ANALISIS USAHA
Dibawah ini adalah contoh analisis ekonomi usaha peternakan kambing PE
sebanyak 10 ekor induk dan 1 ekor pejantan dengan asumsi sebagai berikut :
1.
Masa produktif induk dan pejantan adalah 5 tahun.
2.
Waktu pemeliharaan 5 tahun
3.
Upah kerja untuk pemeliharaan induk dan pejantan PE Rp
500.000 per orang
4.
Tenaga kerja untuk pemeliharaan adalah 1 orang
5.
Daya tahan kandang 5 tahun
6.
Induk dapat beranak 3 kali dalam 2 tahun
7.
Induk dikawinkan kembali 3 bulan setelah beranak
8.
Jumlah cempe sekelahiran 1,8 x 7 kali beranak x 10 ekor
induk= 126 ekor.
9.
Angka kematian sekitar 10 % sehingga jumlah yang mati
diperkirakan 13 ekor
10. Rasio
jantan dan betina 50 : 50
11. Masa
kering 2 bulan sebelum beranak kembali
12. Masa
laktasi (produksi susu ) 150 hari dengan rata-rata produksi susu per hari
sebanyak 1,2 liter, sehingga dalam 5 tahun, 1 ekor induk akan mengalami 7 kali
laktasi
13. Harga
susu kambing per liter Rp 9.000,-
14. Satu
ekor kambing menghasilkan sekitar 40 kg pupuk kandang per bulan ( pupuk kandang
dari cempe tidak diperhitungkan )
A. Biaya Tetap
- Sewa lahan 1.000 m2 selama 5 th 2.500.000
- Pembuatan kandang 5.000.000
- Pembelian 10 ekor induk 7.500.000
- Pembelian 1 ekor pejantan 1.500.000
- Peralatan kandang 500.000
Total
Biaya 17.000.000
B. Biaya Produksi
1. Biaya
Pemeliharaan Induk dan Pejantan
- Biaya pembelian konsentrat
(0,5kgxRp1.250x30harix5thx11ekor)
1.031.250
- Upah tenaga kerja 500.000
- Obat-obatan (Rp250x30harix5thx11ekor)
412.500
2. Biaya
Pemeliharaan Cempe (4 bln)
- Biaya pembelian susu sapi
(0,5ltr x Rp3.000 x 30hr x
3blnx126ekor) 17.010.000
- Biaya pembelian konsentrat
(0,2 kg x Rp 1.250 x 30 hr x 126
ekor) 945.000
- Obat-obatan (Rp 100 x 30 hari x 126 ekor) 378.000
Total Biaya
Produksi Rp
20.276.750
TOTAL BIAYA
: 1. Biaya Tetap 17.000.000
2. Biaya Produksi 20.276.750
Rp 37.276.750
C. Proyeksi Pendapatan
- Penjualan susu
(1,2ltrxRp9.000x150hrx7kalix10ekor)
113.400.000
- Penjualan Cempe
(90 ekor x Rp 400.000 ) 36.000.000
- Penjualan induk dan pejantan afkir
(11 ekor x Rp 750.000 ) 8.250.000
- Penjualan pupuk kandang
(40kgx12blnx5thnxRp200x11ekor) 5..280.000
TOTAL PENDAPATAN : Rp
162.930.000
D. Keuntungan (
Total Pendapatan – Total Biaya )
KEUNTUNGAN :
1.Total Pendapatan Rp 162.930.000
2.Total Biaya Rp
37.276.750
Rp
125.653.250
Jadi, penghasilan per bulan adalah : Rp 125.653.250 : 5
tahun : 12 bulan = Rp 2.095.000
Tidak ada komentar:
Posting Komentar