Rabu, 28 Agustus 2013

Tikus Sawah





 


Tikus sawah merupakan salah satu hama utama pada pertanaman padi di Indonesia. Kehilangan hasil gabah akibat serangan hama ini terjadi hampir setiap musim tanam sehingga mengakibatkan kerugian ekonomis yang tinggi.

Aktivitas harian tikus berkaitan dengan kebutuhan untuk mencari pakan dan berkembang biak. Tikus cenderung memilih atau tertarik tanaman padi pada stadia yang lebih tua, awal berbunga sampai terbentuk malai (gabah). Apabila kondisi di lapangan (sawah) sudah tidak ada pertanaman tapi masih ada yang terlambat panen, maka tanaman tersebut akan diserang tikus.

Masalah di Lapang
·         Pada umumnya pengendalian tikus di tingkat petani dilakukan setelah terjadi serangan karena lemahnya monitoring, sehingga penanganan hama tikus menjadi terlambat.
·         Pemahaman petani yang masih kurang mengenai informasi aspek dinamika populasi , habitat, pakan dan perkembangbiakan tikus yang menjadi dasar dalam pengendalian.
·         Petani masih kurang peduli dalam menyediakan sarana pengendalian yang masih lemah dan pelaksanaan pengendalian yang tidak berkelanjutan.
·         Masih banyak petani yang mempunyai “persepsi mistis” atau meyakini mitos tikus yang pada hakekatnya menghambat dalam usaha pengendalian.

STRATEGI PHTT

1.      PHTT didasarkan pada pemahaman ekologi tikus dilakukan secara dini, intensif dan terus menerus (berkelanjutan) dengan memanfaatkan berbagai teknologi pengendalian yang sesuai dan tepat waktu.
2.      Kegiatan pengendalian diprioritaskan pada waktu sebelum tanam (pengendalian dini), untuk menurunkan populasi tikus serendah mungkin sebelum terjadi perkembangbiakan tikus yang cepat pada stadium generatif padi.
3.      Pelaksanaan pengendalian dilakukan oleh petani secara bersama-sama (berkelompok) dan terkoordinasi dalam skala luas (hamparan).

TEKNOLOGI PENGENDALIAN

Tanam dan Panen Serempak
Dalam satu hamparan, diusahakan selisih waktu tanam dan penen tidak lebih dari 2 minggu. Hal tersebut untuk membatasi tersedianya pakan padi generatif, sehingga tidak terjadi perkembangbiakan tikus yang terus menerus.

Sanitasi Habitat
Dilakukan selama musim tanam padi yaitu dengan cara membersihkan gulma dan semak-semak pada habitat utama tikus yang meliputi tanggul irigasi, jalan sawah, batas perkampungan, pematang, parit, saluran irigasi, dll. Juga dilakukan minimalisasi ukuran pematang (tinggi dan lebar pematang) < 30 cm agar tidak digunakan sebagai tempat bersarang.

Gerakan bersama (gropyokan massal)
Dilakukan serentak pada awal tanam, melibatkan seluruh petani, gunakan berbagai cara untuk menangkap/membunuh tikus seperti penggalian sarang, pemukulan, penjeratan, pengoboran malam, perburuan dengan anjing dll.


Fumigasi
Fumigasi dapat efektif membunuh tikus beserta anak-anaknya di dalam sarang. Agar tikus mati, tutuplah lubang tikus dengan lumpur setelah difumigasi dan sarang tidak perlu dibongkar. Lakukan fumigasi selama masih dijumpai sarang tikus terutama pada stadium generative padi.

Penerapan TBS
TBS dengan tanaman perangkap diterapkan terutama di daerah endemic tikus dengan pola tanam serempak. TBS berukuran 20 m x 20 m dapat mengamankan tanaman padi dari serangan tikus seluas 15 ha.

 
 
                                                                                  tanaman
                                                                                                          perangkap
                                                                                    TBS







Penerapan LTBS
LTBS berupa bentangan pagar plastik /terpal setinggi 60 cm, ditegakkan dengan ajir bamboo setiap 1 m, dilengkapi bubu perangkap setiap jarak 20 m dengan pintu masuk tikus berselang-seling arah (lihat gambar)
Dipasang di daerah perbatasan habitat tikus atau pada saat ada migrasi tikus. Pemasangan dipindahkan setelah tidak ada lagi tangkapan tikus atau sekurang-kurangnya dipasang selama 3 malam.

pagar plastic             pintu masuk tikus             bubu perangkap












 
                                                                 20 m




Pintu masuk tikus
Linear Trap Barner System (LTBS)
       120 m

Pemanfaatan musuh alami
Cara termudah adalah dengan tidak mengganggu atau membunuh musuh alami tikus sawah khususnya pemangsa, seperti burung hantu, burung elang, kucing, anjing, ular, tikus, dll.

Rodentisida
Rodentisida digunakan hanya apabila populasi tikus sangat tinggi terutama pada saat bera atau awal tanam. Penggunaan rodentisida harus sesuai dosis anjuran. Umpan ditempatkan di habitat utama tikus seperti tanggul irigasi, jalan sawah, pematang besar, atau tepi perkampungan.

Cara pengendalian lokal lainnya
Memanfaatkan cara pengendalian tikus yang biasa digunakan petani setempat, seperti penggenangan sarang tikus, penjaringan, pemerangkapan, bunyi-bunyian, dan cara-cara lainnya dapat digunakan.

REKOMENDASI PHTT
Metode Pengendalian
Br
OT
Sm
Tnm
Tns
Btg
Mtg
Tanam Serempak


*
*


*
Sanitasi Habitat
*
**
*


*

Gropyokan Massal
*
**
*




Fumigasi





**
**
LTBS
**
*


*
**

TBS

**
*




Rodentisida
*






Keterangan: * = dilakukan, ** = difokuskan
Br : bera, OT : olah tanah, Sm : Semai, Tns : Tunas, Btg : bunting, Mtg : matang.

Perlu diperhatikan:
1.      Jumlah tikus yang telah terbunuh/tertangkap hanya merupakan indikasi turunnya populasi. Yang perlu diwaspadai adalah populasi tikus yang masih hidup, karena akan terus berkembangbiak dengan pesat selama musim tanam padi.
2.      Monitoring keberadaan dan aktifitas tikus sangat penting diketahui sejak dini, agar usaha pengendalian dapat berhasil. Cara monitoring antara lain dengan melihat lubang aktif, jejak tikus, jalur jalan tikus, kotoran atau gejala kerusakan tanaman.
3.      Harus waspada terhadap kemungkinan terjadinya migrasi (perpindahan tikus) secara tiba-tiba dari daerah lain dalam jumlah besar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar