Tikus
sawah merupakan salah satu hama utama pada pertanaman padi di Indonesia.
Kehilangan hasil gabah akibat serangan hama ini terjadi hampir setiap musim
tanam sehingga mengakibatkan kerugian ekonomis yang tinggi.
Aktivitas
harian tikus berkaitan dengan kebutuhan untuk mencari pakan dan berkembang
biak. Tikus cenderung memilih atau tertarik tanaman padi pada stadia yang lebih
tua, awal berbunga sampai terbentuk malai (gabah). Apabila kondisi di lapangan
(sawah) sudah tidak ada pertanaman tapi masih ada yang terlambat panen, maka
tanaman tersebut akan diserang tikus.
Masalah di Lapang
·
Pada umumnya
pengendalian tikus di tingkat petani dilakukan setelah terjadi serangan karena lemahnya
monitoring, sehingga penanganan hama tikus menjadi terlambat.
·
Pemahaman petani
yang masih kurang mengenai informasi aspek dinamika populasi , habitat, pakan
dan perkembangbiakan tikus yang menjadi dasar dalam pengendalian.
·
Petani masih
kurang peduli dalam menyediakan sarana pengendalian yang masih lemah dan
pelaksanaan pengendalian yang tidak berkelanjutan.
·
Masih banyak
petani yang mempunyai “persepsi mistis” atau meyakini mitos tikus yang pada
hakekatnya menghambat dalam usaha pengendalian.
STRATEGI PHTT
1. PHTT didasarkan pada pemahaman ekologi tikus dilakukan
secara dini, intensif dan terus menerus (berkelanjutan) dengan memanfaatkan
berbagai teknologi pengendalian yang sesuai dan tepat waktu.
2. Kegiatan pengendalian diprioritaskan pada waktu sebelum
tanam (pengendalian dini), untuk menurunkan populasi tikus serendah mungkin
sebelum terjadi perkembangbiakan tikus yang cepat pada stadium generatif padi.
3. Pelaksanaan pengendalian dilakukan oleh petani secara
bersama-sama (berkelompok) dan terkoordinasi dalam skala luas (hamparan).
TEKNOLOGI
PENGENDALIAN
Tanam dan
Panen Serempak
Dalam satu hamparan, diusahakan selisih waktu tanam
dan penen tidak lebih dari 2 minggu. Hal tersebut untuk membatasi tersedianya
pakan padi generatif, sehingga tidak terjadi perkembangbiakan tikus yang terus
menerus.
Sanitasi
Habitat
Dilakukan selama musim tanam padi yaitu dengan cara
membersihkan gulma dan semak-semak pada habitat utama tikus yang meliputi
tanggul irigasi, jalan sawah, batas perkampungan, pematang, parit, saluran
irigasi, dll. Juga dilakukan minimalisasi ukuran pematang (tinggi dan lebar
pematang) < 30 cm agar tidak digunakan sebagai tempat bersarang.
Gerakan
bersama (gropyokan massal)
Dilakukan serentak pada awal tanam, melibatkan seluruh
petani, gunakan berbagai cara untuk menangkap/membunuh tikus seperti penggalian
sarang, pemukulan, penjeratan, pengoboran malam, perburuan dengan anjing dll.
Fumigasi
Fumigasi dapat efektif membunuh tikus beserta
anak-anaknya di dalam sarang. Agar tikus mati, tutuplah lubang tikus dengan
lumpur setelah difumigasi dan sarang tidak perlu dibongkar. Lakukan fumigasi
selama masih dijumpai sarang tikus terutama pada stadium generative padi.
Penerapan
TBS
TBS dengan tanaman perangkap diterapkan terutama di
daerah endemic tikus dengan pola tanam serempak. TBS berukuran 20 m x 20 m
dapat mengamankan tanaman padi dari serangan tikus seluas 15 ha.
tanaman
perangkap
TBS
Penerapan LTBS
LTBS
berupa bentangan pagar plastik /terpal setinggi 60 cm, ditegakkan dengan ajir
bamboo setiap 1 m, dilengkapi bubu perangkap setiap jarak 20 m dengan pintu
masuk tikus berselang-seling arah (lihat gambar)
Dipasang
di daerah perbatasan habitat tikus atau pada saat ada migrasi tikus. Pemasangan
dipindahkan setelah tidak ada lagi tangkapan tikus atau sekurang-kurangnya
dipasang selama 3 malam.
pagar
plastic pintu masuk tikus
bubu perangkap
20 m
Pintu masuk tikus
Linear Trap Barner System (LTBS)
120 m
Pemanfaatan musuh alami
Cara
termudah adalah dengan tidak mengganggu atau membunuh musuh alami tikus sawah
khususnya pemangsa, seperti burung hantu, burung elang, kucing, anjing, ular,
tikus, dll.
Rodentisida
Rodentisida
digunakan hanya apabila populasi tikus sangat tinggi terutama pada saat bera
atau awal tanam. Penggunaan rodentisida harus sesuai dosis anjuran. Umpan
ditempatkan di habitat utama tikus seperti tanggul irigasi, jalan sawah,
pematang besar, atau tepi perkampungan.
Cara pengendalian lokal lainnya
Memanfaatkan
cara pengendalian tikus yang biasa digunakan petani setempat, seperti
penggenangan sarang tikus, penjaringan, pemerangkapan, bunyi-bunyian, dan
cara-cara lainnya dapat digunakan.
REKOMENDASI PHTT
Metode
Pengendalian
|
Br
|
OT
|
Sm
|
Tnm
|
Tns
|
Btg
|
Mtg
|
Tanam
Serempak
|
|
|
*
|
*
|
|
|
*
|
Sanitasi
Habitat
|
*
|
**
|
*
|
|
|
*
|
|
Gropyokan
Massal
|
*
|
**
|
*
|
|
|
|
|
Fumigasi
|
|
|
|
|
|
**
|
**
|
LTBS
|
**
|
*
|
|
|
*
|
**
|
|
TBS
|
|
**
|
*
|
|
|
|
|
Rodentisida
|
*
|
|
|
|
|
|
|
Keterangan:
* = dilakukan, ** = difokuskan
Br
: bera, OT : olah tanah, Sm : Semai, Tns : Tunas, Btg : bunting, Mtg : matang.
Perlu
diperhatikan:
1.
Jumlah tikus yang
telah terbunuh/tertangkap hanya merupakan indikasi turunnya populasi. Yang
perlu diwaspadai adalah populasi tikus yang masih hidup, karena akan terus
berkembangbiak dengan pesat selama musim tanam padi.
2.
Monitoring
keberadaan dan aktifitas tikus sangat penting diketahui sejak dini, agar usaha
pengendalian dapat berhasil. Cara monitoring antara lain dengan melihat lubang
aktif, jejak tikus, jalur jalan tikus, kotoran atau gejala kerusakan tanaman.
3.
Harus waspada
terhadap kemungkinan terjadinya migrasi (perpindahan tikus) secara tiba-tiba
dari daerah lain dalam jumlah besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar