BUDIDAYA IKAN LELE
Lele merupakan
salah satu komoditas perairan yang dibudidayakan di air tawar. Keberadaannya
sangat popular hampir di seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Harganya relatif murah dibandingkan ikan jenis
ikan lainnya, tetapi cita rasanya dapat diterima oleh segala lapisan
masyarakat. Tingkat kepopuleran lele ini dapat ditunjukan oleh banyaknya
warung-warung makan dari restaurant sampai warung tenda di pinggir jalan
menghidangkan masakan lele dengan berbagai gaya. Lele dapat dimasak sebagai
pecel lele, lele goreng, lele bakar, dan lain sebagainya.
Permintaan pasar terhadap lele
terus meningkat karena digemari masyarakat dan harganya juga relatif stabil.
Budidaya lele secara intensif dengan memanfaatkan lahan pekarangan secara
optimal di sekitar rumah selain dapat menambah nilai gizi keluarga juga dapat
meningkatkan penghasilan keluarga.
&
CARA BUDIDAYA LELE DUMBO
Lele dumbo merupakan
jenis ikan lele yang memiliki sifat-sifat yang unggul yaitu dapat tumbuh pesat
dan mencapai ukuran besar dalam waktu. Pada umumnya umur 8 bulan lele dumbo dapat
mencapai bobot 200 – 300 gram. Namun dengan menerapkan pola budidaya intensif,
lele dumbo Clarias gariepinus cepat
bongsor. Lele konsumsi sekilo isi 8 – 10 ekor bisa dipanen dalam tempo 1,5 – 2
bulan (Trubus, 2001).
1.
Pemilihan Lokasi
Dibanding ikan lain,
lele relatif lebih bandel. Lele tidak membutuhkan air melimpah dan bisa hidup
di air tenang maupun keruh asal bebas dari pencemaran. Walaupun begitu, daerah yang ideal untuk budidaya
adalah didataran rendah. Pemilihan lokasi di pekarangan rumah sebagai kolam
pemeliharaan lele dumbo cukup ideal, mengingat sempitnya lahan dan kedalaman
kolam cukup 50 – 75 cm.
2.
Pembuatan Kolam
Kolam dibuat dengan dasar
tanah agar lebih ekonomis, tetapi lebih baik dinding tembok atau diplester.
Alternatif lain melapisi dinding dengan anyaman bambu atau plastik hitam.
Dinding sebaiknya dibuat tegak lurus,
jika terlalu landai lele dapat merangkak keluar. Kedalaman kolam 1,5 m dengan perincian 80 cm air,
sisanya dinding pengaman agar lele tidak kabur.
3.
Pemupukan
Pakan lele yang dipelihara di
kolam pekarangan harus diatur agar biayanya dapat semurah mungkin. Caranya
dengan pemupukan untuk memperbanyak pakan alami. Pemupukan hanya boleh
dilakukan pada kolam tanah yaitu dengan menggunakan pupuk kandang maupun pupuk
hijau. Pupuk ini merupakan pupuk organik
yang akan merangsang pertumbuhan binatang-binatang renik di dasar maupun di air
kolam.
4.
Penebaran
Benih
Setelah 5 – 7 hari pemupukan,
benih boleh ditebar. Syarat benih yang baik adalah ukurannya seragam, tidak
cacat, sehat ditandai gerakan agresif, dan bebas dari bibit penyakit. Ukuran
benih sangat menentukan lamanya budidaya. Contoh, benih ukuran 10 – 12 cm butuh
waktu pemeliharaan 50 – 60 hari untuk mencapai ukuran konsumsi. Padat penebaran
disesuaikan dengan luasan kolam. Idealnya per meter dihuni oleh 50 – 100 ekor
benih ukuran 10 – 12 cm.
5.
Pemberian Pakan
Pakan lele dapat berupa bahan
sisa-sisa atau limbah pertanian, misalnya
bungkil/ampas kelapa, ampas tahu, dedak, ataupun daging keong/bekicot.
Disamping itu dapat juga diberi pakan
berupa pelet dengan dosis 3 – 5% berat badan seluruh lele yang
dipelihara. Agar pertumbuhannya baik, seminggu sekali berat badan lele
dikontrol sehingga dosis pakan dapat dilakukan secara tepat. Frekuensi
pemberian pakan 2 kali, pukul 07.00 dan 16.00. Hindari pemberian pakan pada
siang hari, karena suhu di permukaan air meningkat sehingga ikan stres.
6.
Pencegahan dan Pengobatan Penyakit
Kehadiran hama terkadang
datang secara tiba-tiba. Salah satunya sejenis insecta genus Notonecta
yang biasanya datang pada awal penebaran dan menyerang benih ukuran kecil ( 2-3
cm) dengan menusuk dan menghisap hingga mati. Hingga saat ini cara mengatasinya
belum ditentukan. Untuk mensiasatinya dengan menebar benih ukuran agak besar
(> 7 cm). Selain hama, yang perlu diwaspadai adalah penyakit. Beberapa penyebabnya
antara lain :
a. Cendawan
Jenis Saprolegina dan Achyla.
Ada di perairan yang mengandung bahan organik. Menyerang ikan yang
terluka dan kondisinya lemah. Ciri serangannya ada semacam serabut putih yang
tumbuh disekitar luka. Pencegahannya dengan mengurangi kepadatan populasi dan taburkan
garam sebanyak 5gr/m2 serta diberi obat anti bakteria misalnya Furazolidon.
b. Bintik putih
Penyebab Ichthyophthirius multifiliis. Gejala
berupa bintik-bintik putih pada permukaan kulit dan insang. Cara mengobatinya
dengan perbaikan sanitasi agar tidak menular ke kolam yang lain dan
ditaburi garam 30gr/l diulang 2 – 3 kali
berturut-turut setiap 2 hari.
c. Cacar
Bisa menyebabkan kematian
masal. Penyebabnya bakteri Aeromonas
dan Pseudomonas.
Serangannya dapat menimbulkan kerusakan organ dalam. Gejala awal
ditandai munculnya borok/cacar di permukaan kulit yang lama-lama akan berubah
menjadi nanah. Cara mengatasinya dengan memisahkan ikan yang sehat dengan yang
sakit. Bila belum parah dapat
diberikan antibiotik yang dicampurkan pada pakan. Dosisnya 1 mg per kg pakan.
Pengobatan sederhana dengan memberikan garam dapur 10 kg yang ditumbuk dengan
daun pepaya.
7.
Pemanenan
Rencana panen seharusnya sudah
ditentukan sejak tebar benih karena jika lele terlalu besar harganya semakin
murah. Setelah ikan terkumpul, lalu dimasukan ke wadah seperti jerigen ikan
atau bak besar untuk persiapan perlakuan selanjutnya.
8.
Pasca Panen dan Pemasaran
Sesudah ikan ditimbang, lalu
dimasukan dalam jerigen atau drum pengangkutan. Kepadatan ikan disesuaikan
dengan ukuran wadah untuk mencegah kerusakan selama pengangkutan. Setelah itu
ikan dapat dijual dipasar atau dijual langsung ke restauran atau warung makan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar