Selasa, 27 Agustus 2013

Budidaya Ikan Lele


  
BUDIDAYA IKAN LELE
Lele merupakan salah satu komoditas perairan yang dibudidayakan di air tawar. Keberadaannya sangat popular hampir di seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Harganya relatif murah dibandingkan ikan jenis ikan lainnya, tetapi cita rasanya dapat diterima oleh segala lapisan masyarakat. Tingkat kepopuleran lele ini dapat ditunjukan oleh banyaknya warung-warung makan dari restaurant sampai warung tenda di pinggir jalan menghidangkan masakan lele dengan berbagai gaya. Lele dapat dimasak sebagai pecel lele, lele goreng, lele bakar, dan lain sebagainya.
Permintaan pasar terhadap lele terus meningkat karena digemari masyarakat dan harganya juga relatif stabil. Budidaya lele secara intensif dengan memanfaatkan lahan pekarangan secara optimal di sekitar rumah selain dapat menambah nilai gizi keluarga juga dapat meningkatkan penghasilan keluarga.
&  CARA BUDIDAYA LELE DUMBO
Lele dumbo merupakan jenis ikan lele yang memiliki sifat-sifat yang unggul yaitu dapat tumbuh pesat dan mencapai ukuran besar dalam waktu. Pada umumnya umur 8 bulan lele dumbo dapat mencapai bobot 200 – 300 gram. Namun dengan menerapkan pola budidaya intensif, lele dumbo Clarias gariepinus cepat bongsor. Lele konsumsi sekilo isi 8 – 10 ekor bisa dipanen dalam tempo 1,5 – 2 bulan (Trubus, 2001).
1.      Pemilihan Lokasi
Dibanding ikan lain, lele relatif lebih bandel. Lele tidak membutuhkan air melimpah dan bisa hidup di air tenang maupun keruh asal bebas dari pencemaran. Walaupun begitu, daerah yang ideal untuk budidaya adalah didataran rendah. Pemilihan lokasi di pekarangan rumah sebagai kolam pemeliharaan lele dumbo cukup ideal, mengingat sempitnya lahan dan kedalaman kolam cukup 50 – 75 cm.
2.      Pembuatan Kolam
Kolam dibuat dengan dasar tanah agar lebih ekonomis, tetapi lebih baik dinding tembok atau diplester. Alternatif lain melapisi dinding dengan anyaman bambu atau plastik hitam. Dinding  sebaiknya dibuat tegak lurus, jika terlalu landai lele dapat merangkak keluar. Kedalaman kolam 1,5 m dengan perincian 80 cm air, sisanya dinding pengaman agar lele tidak kabur.

3.      Pemupukan
Pakan lele yang dipelihara di kolam pekarangan harus diatur agar biayanya dapat semurah mungkin. Caranya dengan pemupukan untuk memperbanyak pakan alami. Pemupukan hanya boleh dilakukan pada kolam tanah yaitu dengan menggunakan pupuk kandang maupun pupuk hijau.  Pupuk ini merupakan pupuk organik yang akan merangsang pertumbuhan binatang-binatang renik di dasar maupun di air kolam.
4.      Penebaran  Benih
Setelah 5 – 7 hari pemupukan, benih boleh ditebar. Syarat benih yang baik adalah ukurannya seragam, tidak cacat, sehat ditandai gerakan agresif, dan bebas dari bibit penyakit. Ukuran benih sangat menentukan lamanya budidaya. Contoh, benih ukuran 10 – 12 cm butuh waktu pemeliharaan 50 – 60 hari untuk mencapai ukuran konsumsi. Padat penebaran disesuaikan dengan luasan kolam. Idealnya per meter dihuni oleh 50 – 100 ekor benih ukuran 10 – 12 cm.
5.      Pemberian Pakan
Pakan lele dapat berupa bahan sisa-sisa atau limbah pertanian, misalnya  bungkil/ampas kelapa, ampas tahu, dedak, ataupun daging keong/bekicot. Disamping itu dapat juga diberi pakan  berupa pelet dengan dosis 3 – 5% berat badan seluruh lele yang dipelihara. Agar pertumbuhannya baik, seminggu sekali berat badan lele dikontrol sehingga dosis pakan dapat dilakukan secara tepat. Frekuensi pemberian pakan 2 kali, pukul 07.00 dan 16.00. Hindari pemberian pakan pada siang hari, karena suhu di permukaan air meningkat sehingga ikan stres.
6.      Pencegahan dan Pengobatan Penyakit
Kehadiran hama terkadang datang secara tiba-tiba. Salah satunya sejenis insecta genus Notonecta yang biasanya datang pada awal penebaran dan menyerang benih ukuran kecil ( 2-3 cm) dengan menusuk dan menghisap hingga mati. Hingga saat ini cara mengatasinya belum ditentukan. Untuk mensiasatinya dengan menebar benih ukuran agak besar (> 7 cm). Selain hama, yang perlu diwaspadai adalah penyakit. Beberapa penyebabnya antara lain :
a.       Cendawan
Jenis Saprolegina dan Achyla. Ada di perairan yang mengandung bahan organik. Menyerang ikan yang terluka dan kondisinya lemah. Ciri serangannya ada semacam serabut putih yang tumbuh disekitar luka. Pencegahannya dengan mengurangi kepadatan populasi dan taburkan garam sebanyak 5gr/m2 serta diberi obat anti bakteria misalnya Furazolidon.
b.      Bintik putih
Penyebab Ichthyophthirius multifiliis. Gejala berupa bintik-bintik putih pada permukaan kulit dan insang. Cara mengobatinya dengan perbaikan sanitasi agar tidak menular ke kolam yang lain dan ditaburi  garam 30gr/l diulang 2 – 3 kali berturut-turut setiap 2 hari.
c.       Cacar
Bisa menyebabkan kematian masal. Penyebabnya bakteri Aeromonas dan Pseudomonas. Serangannya dapat menimbulkan kerusakan organ dalam. Gejala awal ditandai munculnya borok/cacar di permukaan kulit yang lama-lama akan berubah menjadi nanah. Cara mengatasinya dengan memisahkan ikan yang sehat dengan yang sakit. Bila belum parah dapat diberikan antibiotik yang dicampurkan pada pakan. Dosisnya 1 mg per kg pakan. Pengobatan sederhana dengan memberikan garam dapur 10 kg yang ditumbuk dengan daun pepaya.
7.      Pemanenan
Rencana panen seharusnya sudah ditentukan sejak tebar benih karena jika lele terlalu besar harganya semakin murah. Setelah ikan terkumpul, lalu dimasukan ke wadah seperti jerigen ikan atau bak besar untuk persiapan perlakuan selanjutnya.
8.      Pasca Panen dan Pemasaran
Sesudah ikan ditimbang, lalu dimasukan dalam jerigen atau drum pengangkutan. Kepadatan ikan disesuaikan dengan ukuran wadah untuk mencegah kerusakan selama pengangkutan. Setelah itu ikan dapat dijual dipasar atau dijual langsung ke restauran atau warung makan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar