PEDOMAN
TEKNIS
BUDIDAYA BELUT
Kolam budidaya
ikan belut dapat dibedakan antara lain: kolam induk/kolam pemijahan, kolam
pendederan (untuk benih belut berukuran 1 – 2 cm), kolam belut emaja (untuk
belut ukuran 3 – 5 cm) dan kolam pemeliharaan belut konsumsi (terbagi menjadi 2
tahapan yang masing-masing dibutuhkan waktu 2 bulan) yaitu untuk pemeliharaan
belut kurang 5 – 8 cm sampai menjadi ukuran 15 - 20 cm, dan untuk pemeliharan
belut dengan ukuran 15 – 20 cm sampai menjadi ukuran 30 – 40 cm.
Ukuran kolam induk
kapasitasnya 6 ekor/m2. Untuk kolam pendederan (ukuran belut 1 – 2 cm) daya
tampungnya 500 ekor/m2. Untuk kolam belut remaja (ukuran 2 – 5 cm)
daya tampungnya 250 ekor/m2. Dan untuk kolam belut konsumsi tahap pertama
(ukuran 5 – 8 cm) daya tampungnya 100 ekor/m2. Serta kolam belut konsumsi tahap
kedua (ukuran 15 – 20cm) daya tampungnya 50 ekor/m2, hingga panjang belut
pemanenan kelak berukuran 3 – 50 cm.
Anak belut yang
sudah siap dipelihara secara intensif adalah yang berukuran 5-8 cm. Dipelihara
selama 4 bulan dalam 2 tahapan dengan masing-masing tahapannya selama 2 bulan.
Bibit bisa diperoleh dari bak/kolam pembibitan atau bisa juga bibit diperoleh
dari sarang-sarang bibit yang ada di alam. Pemilihan bibit bisa diperoleh dari
kolam peternakan atau pemijahan. Biasanya belut yang dipijahkan adalah belut
betina berukuran 30 cm dan belut jantan berukuran 40 cm.
Pemijahan
dilakukan di kolam pemijahan dengan kapasitas satu ekor pejantan dengan dua
ekor betina untuk kolam seluas 1 m2. Waktu pemijahan kira-kira berlangsung 10
hari untuk bertelur. Setelah telur menetas dan berumur 5 – 8 hari, ukuran anak
belut berkisar 1,5 – 2,5 cm. Anak belut dengan ukuran sedemikian tersebut
diatas segera ditempatkan di kolam pendederan calon bibit selama 1 (satu) bulan
sampai berukuran 5 – 8 cm. Dengan ukuran ini anak belut sudah bisa diperlihara
dalam kolam belut untuk konsumsi selama dua bulan atau empat bulan.
Perlakuan dan perawatan
bibit dari hasil pemijahan anak belut ditampung di kolam pendederan calon benih
selama 1 bulan. Dalam hal ini benih diperlakukan secermat mungkin agar tidak
banyak yang hilang. Dengan perairan yang bersih dan lebih baik lagi apabila di
air yang mengalir.
Pemupukan jerami
yang sudah lapuk diperlukan untuk membentuk pelumpuran dan pupuk kandang
sebagai bahan organik utama. Bila diperlukan bisa diberi makanan tambahan
berupa cacing, kecoa, ulat besar (belatung) setiap 10 hari sekali. Pemeliharaan
kolam dan tambak yang perlu diperhatikan adalah gangguan dari luar dan dalam
kolam agar tidak beracun.
Pemanenan belut
dapat berupa benih/bibit yang dijual untuk diternak/dibudidayakan. Atau juga
berupa hasil akhir pemeliharaan belut yang siap dijual untuk konsumsi
(besar/panjang sesuai dengan permintaan pasar/konsumen). Cara penangkapan belut
sama seperti menangkap ikan lainnya dengan peralatan antara lain: bubu/posong,
jaring/jala bermata lembut, dengan pancing/kail dan pengeringan air kolam
sehingga belut tinggal diambil saja.
Disamping ukuran
dan persyaratan lahan juga dilengkapi dengan media pemeliharaan dengan urutan
dan ukuran antara lain sebagai berikut :
1.
Jerami
setinggi 30 cm.
2.
Pupuk
Urea 5 kg dan NPK 5 kg (kolam berukuran 500 cm X 500 cm atau perbandingannya).
3.
Lumpur/tanah
setinggi 5 cm.
4.
Pupuk
Kandang setinggi 5 cm.
5.
Pupuk
kompos setinggi 5 cm.
6.
Lumpur/tanah
setinggi 5 cm.
7.
Cincangan
Batang Pisang setinggi 10 cm.
8.
Lumpur/tanah
setinggi 15 cm.
9.
Air
setinggi 3-4 cm.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar