SRI Atau SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION Adalah teknik budidaya padi yang mampu meningkatkan produktivitas padi dengan cara mengubah pengelolaan tanaman, tanah, air dan unsur hara. Metode ini terbukti telah berhasil meningkatkan produktivitas padi sebesar 50 %, bahkan di beberapa tempat mencapai lebih dari 100 %. Metode ini pertama kali ditemukan secara tidak sengaja di Madagascar antara tahun 1983 – 1984 oleh ilmuwan asal Perancis. Sampai dengan tahun 2006, SRI telah berkembang di 36 negara, antara lain : Madagascar, Brasil, USA, Peru, Cuba, Kamboja, Laos, Myanmar, Philipina, Indonesia, Viietnam, China, India, Nepal, dll. SRI menjadi terkenal di dunia melalui upaya seorang ilmuwan bernama Norman Uphoff (Director of Cornel International Institute for Food, Agriculture and Develompment). Uji coba pola SRI pertama di Indonesia dilakukan oleh Lembaga Penelitian dan Pengembangan Pertanian di Sukamandi, Jawa Barat pada musim kemarau tahun 1999 dengan hasil 6,2 ton/ha dan pada musim hujan 1999/2000 dengan hasil rata-rata 8,2 ton/ha.
Budidaya pertanian menggunakan pola SRI dengan penggunaan pupukorganik dan pestisida nabati merupakan sebuah “inovasi” budidaya padi hemat air dengan produksi tinggi yang ramah lingkungan. Budidaya padi dengan metode SRI mengoptimalkan pengelolaan daerah perakaran tanaman yang terdiri dari aspek air, tanaman,, tanah dan unsure haranya.
A. PEMBUATAN MOL (Mikroorganisme Lokal)
§ MOL merupakan cairan yang terbuat dari bahan- bahan alami.
§ MOL berfungsi sebagai dekomposer, aktivator dan tambahan nutrisi bagi tumbuhan.
§ MOL dapat dibuat dengan bahan-bahan yang ada dilokasi sekitar kita, seperti keong mas, rebung, tulang, buah maja, limbah buah-buahan dan sayuran.
B. PEMBUATAN KOMPOS
¨ Kompos adalah bahan alami yang telah lapuk melalui proses dekomposisi / penguraian oleh mikroorganisme.
¨ Bahan pembuatan kompos antara lain dari kotoran hewan, sisa tanaman, limbah organik, jerami, dll.
¨ Untuk mempercepat proses dekomposisi, bahan tersebut dicacah terlebih dahulu dengan menggunakan chopper dan ditambahkan MOL.
C. PENGOLAHAN TANAH
· Pengolahan tanah dilakukan seperti metode konvensional, kemudian ditambah kompos sebanyak 5-7 ton/Ha (tergantung kondisi kesuburan tanah) setelah olah tanah ke-2 (garu).
· Pembuatan parit keliling untuk mempermudah dan mempercepat distribusi air.
D. PEMILIHAN BENIH
· Benih padi diuji dengan menggunakan larutan garam dalam air (indikator jumlah garam sudah mencukupi apabila telur ayam mentah dapat terapung).
· Benih padi yang tenggelam pada larutan diambil, dicuci dengan air tawar, benih siap disemai.
E. PERSEMAIAN
· Tempat persemaian dibuat dalam besek/kotak/nampan dengan media campuran tanah dan kompos dengan perbandingan 1 : 1
· Kebutuhan benih per hektar sekitar 5 kg/Ha
F. PENANAMAN DAN JARAK TANAM
· Penanaman bibit berumur 5 – 7 hari.
· Tanam pindah tidak lebih dari 15 menit, ditanam tunggal, dangkal ( ± 1 cm), dengan akar membentuk huruf L.
· Jarak tanam lebar yaitu 40 x 40 atau 50 x 50 cm.
G. PENGELOLAAN AIR DAN PENYIANGAN.
· Secara umum pada pertumbuhan padi fase vegetatif (umur ± 0-7 hari setelah tanam), air diberikan macak-macak. Kondisi macak-macak adalah saat kadar air tanah sekitar jenuh lapang dari kondisi retak rambut tercapai saat kadar air mencapai ± 80% jenuh lapang.
· Penggenangan setinggi 2-3 cm hanya dilakukan pada saat penyiangan.
· Penyiangan dilakukan dengan selang waktu 10 hari sejak tanam sebanyak 4 kali.
· Sehabis penyiangan diberi MOL sebagai nutrisi
· Penyemprotan MOL :
- umur 1-20 hst : MOL rebung
- umur 21-60 hst : MOL Campuran (rebung bonggol pisang dan sayuran).
- umur 70-90 hst : MOL buah (nanas atau pepaya)
· Umur 45 hari lahan dikeringkan selama 10 hari.
· Setelah umur 55 hari air diberikan secara macak-macak kembali. Fase pembungaan dan pengisian bulir (generatif; ±41–90 hst) pengairan diberikan saat tanah mengalami retak rambut sampai genangan 2 cm.
· Setelah padi bernas maka air dikeringkan sampai panen.
H. PENGENDALIAN HAMA
· Pengendalian hama dan penyakit di lakukan dengan konsep Pengendalian Hama Terpadu. Menghindari praktek-praktek pengendalian hama dan penyakit yang akan merusak agroekosistem.
· Pengendalian hama dan penyakit dapat menggunakan perangkap hama, musuh alami dan pestisida nabati (MOL).
- Usaha tani ramah lingkungan
- Hemat air irigasi
- Hemat saprodi (benih)
- Produksi tinggi (di atas rata-rata nasional)
- Mendaur ulang limbah
- Memeperbaiki kesuburan tanah
- Berbasis kearifan local
- Produk sehat bebas residu kimia
- Harga beras diatas harga pasar
- Tersedianya potensi lahan sawah beririgasi yang cukup luas.
- Meningkatnya kesadaran masyarakat akan produk pangan sehat.
- Adanya dukungan pemerintah, swasta dan Perguruan Tinggi dalam pengembangan SRI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar