Rabu, 28 Agustus 2013

Fermentasi Jerami Padi


FERMENTASI JERAMI PADI
PENDAHULUAN
Jerami padi adalah limbah hasil tanaman padi setelah diambil/dipanen padinya. Merupakan tanaman yang sudah tua mempunyai kadar serat kasar antara 60 – 80  persen dari bahan kering (BK). Nilai gizinya rendah, kandungan protein kasar hanya 3,6 % dari bahan kering, disamping itu daya cernanya juga rendah yaitu antara 40 – 50 % dan jumlah yang dapat dikonsumsi oleh ternak juga rendah.
Jerami padi mengandung lignin dan silika sekitar 12 – 16 persen dari bahan keringnya.  Seperti halnya dengan berbagai jenis rumput tropika lainnya, kandungan lignin dan silika inilah yang merupakan faktor penghambat utama daya cerna potensial dari jerami padi. Lignin tersebut mengikat selulose dan hemiselulose dalam bentuk ikatan rangkap sehingga sukar untuk dicerna oleh enzym dari mikroorgnisme.
Namun demikian jerami padi mengandung 80 % zat-zat potensial dapat dicerna sebagai sumber energi bagi ternak bila dilakukan upaya pengolahan terlebih dahulu, baik secara fisik, kimia maupun secara biologi.

PENGOLAHAN DENGAN UREA DAN STARBIO
Pada dasarnya ternak ruminansia akan mencerna serat kasar dalam rumen dengan bantuan mikroorganisme yang menghasilkan enzym selulose, mikroorganisme dalam rumen akan berkembang biak secara maksimal bila tersedia protein kasar yang cukup dengan ambang minimal sebesar 8 – 10 persen dalam rumen. 
Hasil akhir proses dari rumen ini adalah amoniak (dari protein) untuk sumber protein dan asam lemak terbang (dari serat kasar) untuk sumber energi.

 
Amoniak (NH3) yang berasal dari urea akan berperan dalam hidrolisa ikatan lignin – selulose, meng-hancurkan ikatan lignin hemiselulose (khusus pada jerami padi juga melarutkan sebagian silika), dan mengembang-kan/memuaikan serat selulose, sehingga memudahkan penetrasi enzym selulose.  Dengan adanya fiksasi nitrogen maka kandungan protein kasar akan meningkat.
Sekitar 40 % nitrogen yang dicampurkan akan meresap ke dalam jaringan jerami padi.  Nitrogen yang meresap akan menambah kandungan  N yang telah tersedia  secara alamiah dalam jerami, dengan demikian maka kandungan protein kasar dari jerami tersebut akan meningkat.
Berdasarkan hasil kajian Dr. Ir. Abdel Komar, peningkatan kandungan protein kasar hasil proses amoniasi jerami padi yaitu 200 – 300 persen.  Dengan adanya peningkatan kadar protein kasar ini maka jerami padi yang tadinya “defisit protein” dapat melampaui ambang minimum protein sebesar 8 persen, sehingga hasilnya jauh lebih baik bila dibandingkan dengan rumput lapangan yang biasa diberikan pada ternak (kadar ptotein lebih kurang 6 persen).
Kekurangan yang lain dari jerami padi secara alamiah adalah rendahnya daya cerna yaitu anta 40 – 50 persen.  Tetapi setelah mengalami pengolahan dengan urea akan meningkat sebesar 60 – 62 %,  Sedangkan berdasarkan hasil kajian dari Lembah Hijau Multifarm, bahwa jerami padi yang diolah dengan cara amoniasi dan ditambah starbio, daya cernanya bisa meningkat sampai 80 persen. 
Meningkatnya daya cerna tersebut sejalan dengan peningkatan daya cerna bahan organik, protein kasar dan serat kasar.
Starbio merupakan probiotik anaerob penghasil enzym, berfungsi memecah karbohidrat struktural (selulose, hemiselulose, lignin), protein serta lemak.
Jika bahan pakan ditambahkan starbio, maka nutrien dari bahan pakan akan dipecah menjadi nutrisi secara enzymatis atau melalui sintesa protein mikroba dan langsung dapat diserap oleh tubuh ternak, sehingga walaupun ternak diberikan pakan yang kandungan proteinnya lebih rendah 2 persen dari protein standar, maka penampilannya atau produksinya tetap lebih baik.
Selain itu kotorannya juga tidak berbau busuk dan bentuknya lebih kering serta jumlahnya lebih sedikit, hal tersebut disebabkan adanya perbaikan digesti protein karena pencernaan dapat ditingkatkan.
Bergagai upaya dapat dan telah dilakukan untuk  meningkatkan kualitas limbah pertanian misalnya seperti jerami padi, yaitu dengan cara fisik, kimia dan biologis.  Tetapi cara tersebut biasanya relatif mahal dan hasilnya kurang memuaskan. Dengan cara fisiknya misalnya, memerlukan investasi atau biaya yang mahal; secara kimiawi biasanya meninggalkan residu yang mempunyai effek buruk sedangkan cara biologis memerlukan peralatan yang mahal (kerana harus anaerob) dan hasilnya kurang disukai oleh ternak (karena adanya bau amonia yang menyengat).  Cara baru yang murah, praktis dan hasilnya disukai ternak adalah dengan cara fermentasi dengan starbio.
CARA PEMBUATAN
Proses pembuatannya adalah sebagai berikut:  Sediakan jerami sesuai dengan kebutuhan atau perencanan (misalnya 1 ton). Siapkan bahan-bahan: Starbio 6 kg, Urea 6 kg, Air 400 liter, Molases 6 liter. Jerami ditumpuk setebal 30 cm, lalu disirm air yang sudah dicampur Urea dan molases, lalu ditaburi Starbio.
Ulangi proses seperti tersebut di atas sampai terjadi beberapa lapisan. Biarkan terjadi fermentasi selama 21 hari, setelah 21 hari, lalu dibongkar dan dikeringkan. Setelah kering lalu berikan pada ternak atau untuk stok pakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar