FERMENTASI JERAMI PADI
PENDAHULUAN
Jerami padi
adalah limbah hasil tanaman padi setelah diambil/dipanen padinya. Merupakan
tanaman yang sudah tua mempunyai kadar serat kasar antara 60 – 80 persen dari bahan kering (BK). Nilai gizinya
rendah, kandungan protein kasar hanya 3,6 % dari bahan kering, disamping itu
daya cernanya juga rendah yaitu antara 40 – 50 % dan jumlah yang dapat
dikonsumsi oleh ternak juga rendah.
Jerami padi mengandung lignin dan silika sekitar 12 – 16 persen dari bahan
keringnya. Seperti halnya dengan
berbagai jenis rumput tropika lainnya, kandungan lignin dan silika inilah yang
merupakan faktor penghambat utama daya cerna potensial dari jerami padi. Lignin
tersebut mengikat selulose dan hemiselulose dalam bentuk ikatan rangkap
sehingga sukar untuk dicerna oleh enzym dari mikroorgnisme.
Namun demikian jerami padi mengandung 80 % zat-zat potensial dapat dicerna
sebagai sumber energi bagi ternak bila dilakukan upaya pengolahan terlebih
dahulu, baik secara fisik, kimia maupun secara biologi.
PENGOLAHAN DENGAN UREA DAN STARBIO
Pada dasarnya
ternak ruminansia akan mencerna serat kasar dalam rumen dengan bantuan
mikroorganisme yang menghasilkan enzym selulose, mikroorganisme dalam rumen
akan berkembang biak secara maksimal bila tersedia protein kasar yang cukup
dengan ambang minimal sebesar 8 – 10 persen dalam rumen.
Hasil akhir
proses dari rumen ini adalah amoniak (dari protein) untuk sumber protein dan
asam lemak terbang (dari serat kasar) untuk sumber energi.
|
Amoniak (NH3) yang berasal dari urea akan berperan dalam
hidrolisa ikatan lignin – selulose, meng-hancurkan ikatan lignin hemiselulose
(khusus pada jerami padi juga melarutkan sebagian silika), dan
mengembang-kan/memuaikan serat selulose, sehingga memudahkan penetrasi enzym
selulose. Dengan adanya fiksasi nitrogen
maka kandungan protein kasar akan meningkat.
Sekitar 40 % nitrogen yang dicampurkan akan meresap ke dalam jaringan
jerami padi. Nitrogen yang meresap akan
menambah kandungan N yang telah tersedia secara alamiah dalam jerami, dengan demikian
maka kandungan protein kasar dari jerami tersebut akan meningkat.
Berdasarkan hasil kajian Dr. Ir. Abdel Komar, peningkatan kandungan protein
kasar hasil proses amoniasi jerami padi yaitu 200 – 300 persen. Dengan adanya peningkatan kadar protein kasar
ini maka jerami padi yang tadinya “defisit protein” dapat melampaui ambang
minimum protein sebesar 8 persen, sehingga hasilnya jauh lebih baik bila
dibandingkan dengan rumput lapangan yang biasa diberikan pada ternak (kadar
ptotein lebih kurang 6 persen).
Kekurangan yang lain dari jerami padi secara alamiah adalah rendahnya daya
cerna yaitu anta 40 – 50 persen. Tetapi
setelah mengalami pengolahan dengan urea akan meningkat sebesar 60 – 62 %, Sedangkan berdasarkan hasil kajian dari
Lembah Hijau Multifarm, bahwa jerami padi yang diolah dengan cara amoniasi dan
ditambah starbio, daya cernanya bisa meningkat sampai 80 persen.
Meningkatnya daya cerna tersebut sejalan dengan peningkatan daya cerna
bahan organik, protein kasar dan serat kasar.
Starbio merupakan
probiotik anaerob penghasil enzym, berfungsi memecah karbohidrat struktural (selulose, hemiselulose, lignin), protein
serta lemak.
Jika bahan pakan ditambahkan starbio, maka nutrien dari bahan pakan akan
dipecah menjadi nutrisi secara enzymatis atau melalui sintesa protein mikroba
dan langsung dapat diserap oleh tubuh ternak, sehingga walaupun ternak
diberikan pakan yang kandungan proteinnya lebih rendah 2 persen dari protein
standar, maka penampilannya atau produksinya tetap lebih baik.
Selain itu kotorannya juga tidak berbau busuk dan bentuknya lebih kering
serta jumlahnya lebih sedikit, hal tersebut disebabkan adanya perbaikan digesti
protein karena pencernaan dapat ditingkatkan.
Bergagai upaya dapat dan telah dilakukan untuk meningkatkan kualitas limbah pertanian
misalnya seperti jerami padi, yaitu dengan cara fisik, kimia dan biologis. Tetapi cara tersebut biasanya relatif mahal dan
hasilnya kurang memuaskan. Dengan cara fisiknya misalnya, memerlukan investasi
atau biaya yang mahal; secara kimiawi biasanya meninggalkan residu yang
mempunyai effek buruk sedangkan cara biologis memerlukan peralatan yang mahal
(kerana harus anaerob) dan hasilnya kurang disukai oleh ternak (karena adanya
bau amonia yang menyengat). Cara baru
yang murah, praktis dan hasilnya disukai ternak adalah dengan cara fermentasi
dengan starbio.
CARA PEMBUATAN
Proses pembuatannya adalah
sebagai berikut: Sediakan jerami sesuai
dengan kebutuhan atau perencanan (misalnya 1 ton). Siapkan bahan-bahan: Starbio
6 kg, Urea 6 kg, Air 400 liter, Molases 6 liter. Jerami ditumpuk setebal 30 cm,
lalu disirm air yang sudah dicampur Urea dan molases, lalu ditaburi Starbio.
Ulangi proses seperti tersebut di
atas sampai terjadi beberapa lapisan. Biarkan terjadi fermentasi selama 21
hari, setelah 21 hari, lalu dibongkar dan dikeringkan. Setelah kering lalu berikan pada ternak atau untuk stok
pakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar