TATALAKSANA PEMELIHARAAN
TERNAK SAPI
Secara umum, kandang memiliki dua tipe, yaitu
individu dan kelompok. Pada kandang individu, setiap sapi menempati tempatnya
sendiri berukuran 2,5 X 1,5 m. Tipe ini dapat memacu pertumbuhan lebih pesat,
karena tidak terjadi kompetisi dalam mendapatkan pakan dan memiliki ruang gerak
terbatas, sehingga energi yang diperoleh dari pakan digunakan untuk hidup pokok
dan produksi daging tidak hilang karena banyak bergerak. Pada kandang kelompok,
bakalan dalam satu periode penggemukan ditempatkan dalam satu kandang. Satu
ekor sapi memerlukan tempat yang lebih luas daripada kandang individu.
Kelemahan tipe kandang ini yaitu terjadi kompetisi dalam mendapatkan pakan
sehingga sapi yang lebih kuat cenderung cepat tumbuh daripada yang lemah,
karena lebih banyak mendapatkan pakan.
B. Pakan.
Berdasarkan kondisi
fisioloigis dan sistem pencernaannya, sapi digolongkan hewan ruminansia, karena
pencernaannya melalui tiga proses, yaitu secara mekanis dalam mulut dengan bantuan
air ludah (saliva), secara fermentatif dalam rumen dengan bantuan mikrobia
rumen dan secara enzimatis setelah melewati rumen. Penelitian menunjukkan bahwa
penggemukan dengan mengandalkan pakan berupa hijauan saja, kurang memberikan
hasil yang optimal dan membutuhkan waktu yang lama. Salah satu cara mempercepat
penggemukan adalah dengan pakan kombinasi antara hijauan dan konsentrat.
Konsentrat yang digunakan adalah ampas bir, ampas tahu, ampas tebu, bekatul,
kulit biji kedelai, kulit nenas dan buatan pabrik pakan. Konsentrat diberikan
lebih dahulu untuk memberi pakan mikrobia rumen, sehingga ketika pakan hijauan
masuk rumen, mikrobia rumen telah siap dan aktif mencerna hijauan. Kebutuhan
pakan (dalam berat kering) tiap ekor adalah 2,5% berat badannya. Hijauan yang
digunakan adalah jerami padi, daun tebu, daun jagung, alang-alang dan
rumput-rumputan liar sebagai pakan berkualitas rendah dan rumput gajah, setaria
kolonjono sebagai pakan berkualitas tinggi.
Penentuan kualitas pakan tersebut berdasarkan tinggi rendahnya kandungan
nutrisi (zat pakan) dan kadar serat kasar. Pakan
hijauan yang berkualitas rendah mengandung serat kasar tinggi yang sifatnya
sukar dicerna karena terdapat lignin yang sukar larut oleh enzim pencernaan.
Oleh karena itu PT. NATURAL NUSANTARA membantu peternak dengan mengeluarkan
produk suplemen khusus ternak yaitu VITERNA Plus. Produk ini menggunakan
teknologi asam amino yang diciptakan dengan pendekatan fisiologis tubuh sapi,
yaitu dengan meneliti berbagai nutrisi yang dibutuhkan ternak.
VITERNA Plus mengandung berbagai nutrisi yang dibutuhkan ternak, yaitu :
-
Mineral-mineral
sebagai penyusun tulang, darah
dan berperan dalam sintesis enzim, yaitu N, P, K, Ca, Mg, Cl dan lain-lain.
dan berperan dalam sintesis enzim, yaitu N, P, K, Ca, Mg, Cl dan lain-lain.
-
Asam-asam
amino, yaitu Arginin, Histidin, Leusin, Isoleusin dan lain-lain sebagai
penyusun protein, pembentuk sel dan organ tubuh.
-
Vitamin lengkap yang berfungsi untuk berlangsungnya
proses fisiologis tubuh yang normal dan meningkatkan ketahanan tubuh sapi dari
serangan penyakit.
-
Asam
- asam organik essensial, diantaranya asam propionat, asam asetat dan asam
butirat.
Cara penggunaannya adalah
dengan dicampurkan dalam air minum atau komboran dengan dosis : 5 cc/ekor
perhari untuk sapi, kerbau dan kuda 4 cc/ekor perhari untuk kambing dan domba.
Penambahan VITERNA Plus tersebut dilakukan pada pemberian air minum atau
komboran.
Pemakaian VITERNA Plus
akan lebih optimal dicampurkan dengan HORMONIK dan dikombinasi dengan POC NASA.
Dosisnya adalah : 1 Botol VITERNA Plus
(500 cc) diberikan 1 tutup Hormonik. Dikombinasi 1 Botol POC NASA (500 cc)
diberikan 1 tutup HORMONIK. Berikan pada ternak sapi secara berselang-seling
pagi dan sore.
C. Pengendalian Penyakit.
Dalam pengendalian penyakit,
yang lebih utama dilakukan adalah pencegahan penyakit daripada pengobatan,
karena penggunaan obat akan menambah biaya produksi dan tidak terjaminnya
keberhasilan pengobatan yang dilakukan. Usaha pencegahan yang dapat dilakukan
untuk menjaga kesehatan sapi adalah :
a. Pemanfaatan kandang karantina.
Sapi bakalan yang baru hendaknya
dikarantina pada suatu kandang terpisah, dengan tujuan untuk memonitor adanya
gejala penyakit tertentu yang tidak diketahui pada saat proses pembelian.
Disamping itu juga untuk adaptasi sapi terhadap lingkungan yang baru. Pada
waktu sapi dikarantina, sebaiknya diberi obat cacing karena berdasarkan
penelitian sebagian besar sapi di Indonesia (terutama sapi rakyat)
mengalami cacingan. Penyakit ini memang tidak mematikan, tetapi akan mengurangi
kecepatan pertambahan berat badan ketika digemukkan. Waktu mengkarantina sapi
adalah satu minggu untuk sapi yang sehat dan pada sapi yang sakit baru
dikeluarkan setelah sapi sehat. Kandang karantina selain untuk sapi baru juga
digunakan untuk memisahkan sapi lama yang menderita sakit agar tidak menular
kepada sapi lain yang sehat.
b. Menjaga kebersihan
sapi bakalan dan kandangnya.
Sapi yang digemukkan secara
intensif akan menghasilkan kotoran yang banyak karena mendapatkan pakan yang
mencukupi, sehingga pembuangan kotoran harus dilakukan setiap saat jika kandang
mulai kotor untuk mencegah berkembangnya bakteri dan virus penyebab penyakit.
c. Vaksinasi untuk
bakalan baru.
Pemberian vaksin cukup dilakukan pada saat sapi berada di kandang
karantina. Vaksinasi yang penting dilakukan adalah vaksinasi Anthrax. Beberapa
jenis penyakit yang dapat meyerang sapi potong adalah cacingan, Penyakit Mulut
dan Kuku (PMK), kembung (Bloat) dan lain-lain. Beberapa jenis penyakit yang dapat meyerang sapi potong
adalah cacingan, Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), kembung (Bloat) dan lain-lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar